Quran menurut perempuan: meluruskan bias gender dalam tradisi tafsir
Perjuangan mengangkat martabat dan mengoreksi tapir yang keliru tentang wamla!
Empat belas abad sudah perjalanan pemikiran Islam. Hasilnya, segudang kitab tafsir Alquran warisan para ulama kondang tempo dulu, yang nyaris semuanya laki-laki. Kini, lewat Quran Menurut Perempuan, Amina Wadud mempersembahkan tafsir pertama oleh perempuan, sebuah penafsiran yang mengumandangkan suara perempuan dalam Alquran dan menyingkapkannya dari tabir kegelapan. Kaum muslim progresif telah lama percaya baliwa yang menjadikan wanita tertindas bukanlah agama melainkan penafsiran dan implementasi Alquran yang patriarkal. Dan, jalan reformasi adalah pengujian ulang dan interpretasi-ulang teks-teks suci
Qunan Menurut Perempuan menghadirkan sebuah penafuras yang inklusif gender. Wadud menggugat habis bias gender yang mewarnai tradisi tafsir selama ini. Ia membedah nas-nas dan kata-kata kunci tertentu yang tela digunakan untuk membatasi peran kemasyarakatan dan individual perempuan, bahkan untuk membenarkan kekerasan terhadap wants muslimah, dan menunjukkan bahwa makna asli dan konteks dari nas-cay tersebut menolak penafsiran demikian. Apa yang diklarifikasi oleh analánya adalah tiadanya bias, preseden, atau prasangka gender dalam bahasa Alquran.
Penafsiran Wadud mempertegas persamaan wanita dan menentang perlakuan tidak adil yang secara historis telah dialami wanita dan secara legal terus berlanjut di berbagai komunitas mudim dewasa ini. Quranla tandas Wadud, yang paling berpeluang untuk merahimbing masyarakat manusia menuju kolaborasi antara laki-laki dan perempuan yang lebih efektif dan produktif ketimbang yang sekarang ini dicapai oleh kaum muslam maupun nonmuslim
Tidak tersedia versi lain