Text
Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari dalam Konteks Kajian Al-Qur'an di Nusantara
Terinspirasi dari dua kubu peneliti, Barat dan Indonesia, penulis ingin membuktikan penelusuran sejarah aktivitas kajian Alquran di suatu wilayah yang belum memiliki karya kequr'anan namun mengalami Islamisasi cukup lama.
Dengan melihat beberapa bukti keterlibatan tokoh muslim lokal di Kalimantan Selatan dalam kajian Islam yang lebih umum serta termuatnya ayat serta penafsiran Alquran di dalam karya-karya non tafsir menunjukan adanya aktivitas kajian Alquran.
Sebagai bagian dari wilayah Nusantara, sejarah tafsir/ penafsiran Alquran di Kalimantan Selatan tentu memiliki kesamaan dan perbedaan serta sekaligus memiliki kaitan erat dengan kajian sejarah Nusantara. Sayangnya, karena kajian mengenai sejarah Islam di Kalimantan Selatan sangat sedikit menyebabkan sejarah di Kalimantan Selatan lebih kabur daripada sejarah Islam Nusantara.
Penulis menghadirkan tokoh yang lebih dikenal ketokohannya di bidang agama selain kajian Alquran, namun tokoh tersebut memilki karya yang bersinggungan dengan kajian Alquran.
Penelitian ini mengambil kasus tokoh yang berasal dari Kalimantan Selatan. Penelitian Kajian Alquran Nusantara terhadap tokoh Kalimantan Selatan ini menjadi lebih menarik mengingat Kalimantan Selatan memiliki prosentase umat Islam yang besar, yakni lebih dari 95% pada sensus akhir abad ke-20, akan tetapi dalam kesejarahan Islam di wilayah ini, umat Islam akan dianggap tidak memiliki tradisi tafsir karena belum terdapat tafsir lengkap 30 juz yang mereflesikan bahasa dan kondisi sosial serta budaya lokal Kalimantan Selatan.
Tidak tersedia versi lain