Text
Apakah wali itu ada?
Bibliografi : hlm. 225-239
Para wali dipercayai sebagai orang keramat dan mempunyai derajat yang tinggi. Hal tersebut disebabkan, antara lain: pertama, wali mempunyai fungsi rangkap, seperti sebagai muballig atau guru, juga sebagai pemimpin masyarakat mendampingi raja. Kedua, wali memiliki pengaruh yang jauh lebih tinggi dibandingkan elit penguasa Jawa waktır itu. Ketiga, para wali sangat dihormati masyarakat, bukan saja ketika mereka masih hidup, tetapi juga setelah mereka wafat. Hingga saat ini kuburan para wali tersebut merupakan tempat penting yang senantiasa diziarahi umat Islam. Keempat, masyarakat memandang bahwa para wali memiliki kelebihan di dalam hal-hal yang gaib, termasuk di dalamnya kesaktian.
Buku ini membahas pandangan dua ulama klasik: al-Hakim al- Tirmidzî dengan Ibn Taymiyyah tentang makna kewalian dalam tasawuf. Pandangan al-Hakim al-Tirmidzi tentang kewalian dalam tasawuf, terutama tentang khatm al-walâyah (penutup kewalian) dan khâtim al- awliya (penutup para wali) merupakan pemikiran awal yang membuka jalan bagi Ibn 'Arabi dalam mengembangkan konsepsi insan kamil. Sementara itu, pandangan Ibn Taymiyyah tentang tasawuf dan kewalian sering dijadikan acuan oleh intelektual dan organisasi keagamaan modernis. Selain itu, dengan memahami pemikiran kedua ulama klasik tersbut kita dapat lebih memahami pandangan popular kaum Muslimin di Indonesia tentang kewalian. Dengan demikian, kajian ini akan menambah pemahaman kita tentang pandangan keagamaan kaum sufi di satu sisi, dan pandangan kewalian kaum modernis dan Wahabiyyah di sisi lainnya.
Buku ini penting dimiliki oleh para mahasiswa di UIN/LAIN/PTIS, dosen, serta peminat dan pengkaji tasawuf. Buku ini bukan saja mengkaji persamaan dan perbedaan pandangan al-Hakim al- Tirmidzî dengan Ibn Taymiyyah tentang makna kewalian dalam tasawuf tetapi juga merekonstruksi akar persoalan yang menyebabkan adanya perbedaan pandangan di antara kaum Muslimin tentang persoalan kewalian.
Tidak tersedia versi lain