Text
Politik tarekat qadiriyah naqsyabandiyah Jombang : studi tentang hubungan agama, negara dan masyarakat
Bibliografi : hlm. 217-235
Indeks : hlm. 237-253
Tidak kebetulan kalau studi akademis tentang tasawwuf dan tarekat mengalami perkembangan pesat pada sepuluh tahun terakhir ini... Di Indonesia, salah satu cabang tarekat yang paling menonjol dan sudah sering menarik perhatian karena jumlah muridnya yang begitu banyak adalah Qadiriyah wan Naqsyabandiyah yang berpusat di Rejoso Jombang. Tarekat Qadiriyah wan Naqsyabandiyah merupakan gabungan dua tarekat induk yang khas Indonesia. Sekarang tarekat ini terdapat di hampir seluruh Indonesia, tetapi penyebarannya paling luas di pulau Jawa. Cabang Rejoso merupakan salah satu dari tiga cabang tarekat tersebut yang berkembang pesat di Jawa, di Cirebon kemudian pindah ke Tasikmalaya dan di Banten dengan anak cabang di Jawa Tengah.
Cabang Rejoso mengalami masa jayanya pada zaman Kyai Musta'in Romly (wf. 1984), tokoh karismatik yang banyak mendapat perhatian/pers dan para politisi. Terpecahnya cabang tarekat ini karena beberapa konflik internal dan politik, antara lain karena Kyai Musta'in "menyeberang" dari NU ke Golkar jauh sebelum NU sendiri "kembali ke khitthah," pernah menarik perhatian sejumlah peneliti Indonesia maupun asing: Zamakhsyari Dhofier dalam tesis S-3'nya Endang Turmudi, Denys Lombard, dan saya sendiri.
Kajian tersebut dilengkapi sekarang dengan kajian baru oleh Mahmud Sujuthi, peneliti yang sayangnya sudah meninggalkan kita. Ia mengkaji tarekat Rejoso dan cabang-cabang yang berasal darinya dalam konteks struktur dan sejarah politik. Boleh dikatakan bahwa sejarah Jawa Timur di Orde Baru tidak bisa dimengerti tanpa memerhatikan peranan tarekat Qadiriyah wan Naqsyabandiyah, yang begitu besar pengaruhnya terhadap baik orang Madura maupun yang etnis Jawa.
Tidak tersedia versi lain