Text
Bouraq-Singa Kontra Garuda : pengaruh sistem lambang dalam separatisme GAM terhadap RI
Bibliografi : hlm. 166-176
Indeks : hlm. 177-180
Selama ini, pendekatan atas persoalan GAM dalam konteks RI dilihat sebagai bagian dari gerakan politik atau ideologi. Berdasarkan pendekatan itu, GAM adalah gerakan separatis yang hendak memisahkan Aceh secara wilayah dari RI. Sementara RI sendiri ditempatkan sebagai bagian dari nation-state (negara bangsa) yang mengedepankan pandangan-pandangan nasionalis sebagai upaya mempertahankan eksistensinya.
Buku ini melacak bentuk, fungsi dan arti lambang-lambang GAM dan Republik Indonesia. Lambang-lambang itu menjadi penting, mengingat posisinya sebagai simbol perjuangan kedua belah pihak, baik sebagai upaya menunjukkan sejarah atau dasar perjuangan, maupun sebagai "peta pikiran" untuk menunjukkan tujuan perjuangan.
Hanya saja, pisau analisis yang digunakan berbeda dengan ilmu sejarah atau ilmu politik, melainkan menggunakan semiotika. Dengan semiotika, lambang GAM dan RI ditempatkan sebagai teks budaya, lalu dicarikan penanda dan petandanya. Analisa semiotika yang melepaskan diri dari sejarah menunjukkan pola perlawanan yang konsisten oleh lambang GAM terhadap lambang RI. Sehingga bisa disimpulkan betapa lambang-lambang GAM secara sengaja telah dijadikan sebagai perlawanan semiotika atas lambang-lambang RI.
Buku ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan teori-teorik strukturalisme Ferdinand de Saussure. Teori yang dikembangkan oleh pelanjut Saussure, seperti Roland Barthes, juga digunakan. Selain ini, sejumlah teori lain menyangkut budaya dan komunikasi antarbudaya juga menjadi bagian tidak terpisahkan dari keseluruhan buku ini. Buku ini mengembangkan lebih lanjut pendekatan politik dan keamanan yang selama ini atas konflik separatis-nasionalis ke dalam bingkai kebudayaan.
Teori-teori yang digunakan menafsirkan tanda atau lambang GAM dan RI secara diakronis dan sinkronis, baik secara bersamaan, terpisah, atau saling berhubungan antara lambang atau tanda yang satu dengan lambang atau tanda yang lain. Dalam masing-masing tanda juga ditemukan apa yang disebut sebagai penanda dan petanda, sehingga dilihat konstruksi yang leibih lengkap, sesuai dengan kehadiran dan posisi lambang-lambang yang diteliti.
Temuan dalam buku ini berupa lambang Negara RI, yakni Burung Garuda dan Sang Merah Putih sebagai bendera nasional ditafsirkan secara diakronis, terutama lewat pemikiran para pendiri bangsa (founding mothers and fathers). Sementara, lambang GAM, seperti Bouraq-Singa, Bintang dan Bulan Sabit, Rencong, serta Bendera Bintang dan Bulan Sabit Putih beralas Merah, diartikan secara diakronis dan sinkronis. Analisis atas temuan penelitian ini menghasilkan kesimpulan yang kian jelas tentang perbedaan aspek-aspek yang diperjuangkan oleh GAM dengan aspek-aspek yang ada dalam lambang RI termasuk tautannya dengan sejarah Turki Ottoman atau Kerajaan Kediri, misalnya.
Tidak tersedia versi lain